Selamat Datang di Website Kami..

Blog ini menceritakan tentang pengalaman saya sebagai SEKURITI..memang dibuat karena saya bekerja sebagai security,sekuriti atau satpam..
Karena yang membuat hanya seorang security, maka banyak sekali kekurangan yang ada.
Untuk itu sumbangsih saran dan pesan dari pembaca sangat kami harapkan..
Kami sangat berbahagia atas kunjungan Anda di blog ini.

TERIMA KASIH

Kamis, 16 Desember 2010

Kolaborasi dengan ‘Security Provider’

Di perusahaan tempat kami bekerja ada dua sumber security yang dikenal dengan  istilah ’security permanent’ dan ’securty out-sourcing’. Kedua security ini bekerja sama bahu membahu menjaga keamanan perusahaan dari segala bentuk ancaman, gangguan dan hambatan dalam menjalankan aktifitas dan produktifitas perusahaan. Meskipun berbeda ‘bendera’ perusahaan yang memenangi kontrak dengan perusahaan pemberi kontrak, tetapi kemampuan standard yang harus dimiliki oleh security out-sourcing harus minimal sama dengan security permanen yang  tertuang dalam kontrak kerja mereka.
Kolaborasi atau kerjasama antara security permanent dan security out-sourcing harus selalu dijalankan secara intens dan berkesinambungan, karenanya tidak ada yang lebih baik diantara satu dengan yang lainnya. Semua kualifikasi yang ada pada seorang security permanent juga harus dipunyai sama oleh security out-sourcing. Perbedaannya antara lain adalah pada security out-sourcing mereka dikontrak hanya dalam durasi waktu dua tahun. Setelah itu biasanya perusahaan pemberi kontrak akan  melakukan tender ulang lagi untuk menentukan securty provider yang baru untuk kontrak dua tahun kedepannya, begitu seterusnya. Mesipun terkadang, personel yang ‘existing’ dipertahankan saja oleh pemenang tender baru untuk bekerja dibawah  bendera perusahaan sebagai pemenang yang baru. Sedangkan untuk security permanent, hal itu diabaikan, dalam arti sekali menjadi security di perusahaan secara permanen, maka seseorang akan bekerja sampai usia pensiun yang ditentukan oleh perusahaan.
Selain itu, security out-sourcing akan bertanggung jawab langsung kepada perusahaan pemenang tender, sehingga pola ‘take home pay’ dan kesejahteraan lain diatur oleh induk perusahaannya. Jika dia bekerja di perusahaan pemberi kerja, maka perusahaan tersebut bertindak sebagai ‘user’ atau pengguna, sehingga hak dan kewajiban juga berbeda. Terkadang ada beberapa kejanggalan bagi security out-sourcing yang terjadi di lapangan berbeda dengan kenyataan yang tertulis di kontrak. Hal inilah perlu dikolaborasikan antara ‘user’ dengan perusahaan pemenang tender yang mempekerjakan securitynya untuk dicarikan jalan keluar terbaiknya.
Beberapa permasalahan yang sering timbul diantara perusahaan pemenang kontrak dengan security nya adalah masalah asuransi kesehatan. Biasanya sebelum menang kontrak dan dalam waktu tender presentasi, security provider menjanjikan hal-hal yang muluk dengan harapan bisa memenangkan tender, misalnya memberikan asuransi ‘gold’ yang dapat mengkover isteri dan dua orang anak. Tapi  kenyataan dilapangan setelah proses tender dimenangkan, asuransi dirubah diturunkan sepihak dari ‘gold’ ke ’silver’ dimana hanya menanggung isteri dan satu anak, misalnya. Dalamhal ini peranan ‘user’ untuk menjembatani antara kontrak mereka dengan ‘kenakalan’ perusahaan pemenang tender ini harus dilakukan, karena apabila ini dibiarkan akan berdampak pada semangat kerja menurun dan demotivasi si security out-sourcing dalam melaksanakan tugas operasionalnya dilapangan.
Hal lain yang sering terjadi adalah dalam merekrut karyawan. Biasanya ada semacam pemaksaan kehendak dari ‘lingkungan’ dimana perusahaan berada untuk mengharuskan penduduknya masuk bekerja menjadi ’security’ di perusahaan si pemenang. Cara-cara intimidasi dan teror juga kerap dilakukan dengan alasan putra daerah harus bekerja. Tapi yang perlu diingat adalah perusahaan pemenang harus memiliki kriteria tersendiri juga untuk merekrut securitynya, dan dia memilki kontrak dengan perusahaan yang memberikan tender untuk mengikuti kriteria security yang disyaratkan. Misalnya tinggi badan harus minimal 165 cm, memiliki sertifikat security dari Sekolah Polisi Negara, berbadan sehat dan sebagainya. Biasanya penduduk dilingkungan perusahaan pemberi tender tidak mau tahu dengan persyaratan tersebut, menurut pemikiran mereka penduduk lokal harus diutamakan bekerja, tanpa mengindahkan aturan-aturan yang ditetapkan perushaan sipemberi dan penerima tender. Kembali dalam hal ini kolaborasi antara user dengan security provider harus dijalankan untuk mengeliminir kerugian-kerugian yang muncul dipermukaan. Minta bantuan tokoh masyarakat lingkungan dan tokoh formal untuk mencarikan penduduk lokal yang memenuhi kriteria security dan lulus tes dengan perjanjian hanya menerima sekian persen penduduk lokal merupakan cara terbaik dari penyelesaian masalah diatas.
Tak dapat dipungkiri, security out-sourcing merupakan mesin pencetak uang bagi security provider pemenang tender pada suatu perusahaan. Kebijakan-kebijakan nakal yang sering dilakukan perusahaan pemenang tender terhadap securitynya terkadang dapat menguntungkan financial perusahaan tersebut dengan mengabaikan sedikit hak-hak karyawannya. Perlu dicatat bahwa keberhasilan perusahaan pemenang tender dan imej perusahaan sebagai security provider di perusahaan tergantung dari kinerja securitynya dilapangan. Karenanya, hak-hak dan kewajiban security out-sourcing dilapangan hendaknya tetap dijaga sehingga menghasilkan kinerja yang optimal. Kalau para security outsourcing dilapangan senang dan berhasil melaksanakan tugasnya secara optimal, secara tak langsung akan membawa imej perusahaan untuk menjadi yang terbaik. Konsekuensinya adalah akan banyak perusahaan yang akan menggunakan jasa securiytnya pada kontrak kedepan. Untuk mencapai hasil optimal tersebut peranan kolaborasi antara  ’user’ sangat penting sehingga semua berjalan dengan baik dan terkoordinasi. Security provider bertindak profesional, maka security dilapangan melaksanakan tugas dengan semangat dan si pemberi tenderpun akan dapat mencapai target perusahaannya.
kutipan dari,siwoko http://unik.kompasiana.com/2010/10/06/kolaborasi-dengan-security-provider/

Kalau Saya Satpam, Emang Kenapa ?!

Sejak dari bayi, setiap orang tua selalu mengharapkan dan menginginkan anaknya kelak menjadi seorang yang berguna bagi orang lain seperti; insinyur, dokter, dosen, dan profesi lain yang semuanya menarik dan hebat kedengarannya. Tidak seorangpun orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang rendahan atau memiliki profesi yang dianggap masyarakat rendah. Tapi, siapa yang bisa menentukan jalan hidup seseorang ?! ketika semua angan dan harapan orang tua ditanamkan, kenyatanya, oleh karena satu dan lain hal, semua harapan tinggal harapan dan anak yang dibesarkan tidak sebesar keinginannya. Lantas apa jadinya ?! Si anak akan dikucilkan dan dijauhkan dari keluarga yang dianggap lebih hebat dan lebih baik taraf hidupnya dari saudara-saudara yang lainnya.
Profesi apapun bentuknya bukanlah menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang. Selama kita mencintai dan menghargai profesi kita secara maksimal, selama itu pula kita selalu dihadapkan pada tantangan tugas, hambatan dan rintangan dalam mencapai puncak tertinggi dari profesi yang kita kerjakan. Jika kita mampu meraih pada level tertinggi dari apa yang kita kerjakan, itulah yang disebut orang ‘profesional’. Jadi untuk menjadi profesional tidaklah harus seperti mimpi-mimpi orang tua kita dulu, dokter, insinyur, bankir, dosen dan sebagainya. Menjalankan profesi apa saja, jika kita mampu menjadi yang tertinggi di bagian tersebut, pasti ada manfaatnya bagi kita dan masyarakat pada umumnya.
Profesi ‘kebanggan’ pada suatu kurun waktu bisa berganti menjadi profesi yang dianggap ‘biasa’ pada kurun waktu berikutnya. Begitu juga sebaliknya, profesi akan berubah sesuai perkembangan jaman. Katakanlah profesi yang hebat dianggap orang adalah profesi seorang bankir, tahun 80-an. Semua orang tua berharap agar anaknya menjadi seorang bankir yang handal, karena profesi ini menjanjikan dan selalu ‘good looking’ dalam penampilan. Tak jarang di tahun itu, orang tua yang memiliki anak perempuanpun selalu memimpikan agar anaknya kelak bersuamikan seorang ‘bankir’ daripada profesi lainnya.
Namun ditahun 90-an, keinginan dan ekspetasi orang berubah terhadap profesi bankir. Pada era 90-an ini ‘tentara’ merupakan ‘first class’ dan selalu diagung-agungkan banyak orang. Apalagi ketika melihat ‘drum band  Akabri’  yang selalu display dimana-mana diseluruh Indonesia. Kegagahan seorang prajurit TNI merupakan impian dan dambaan banyak orang ketika itu. Apalagi, prajurit seakan merupakan anak emas negara dimana dia ada di seluruh sendi-sendi politik, sosial dan budaya. Prajurit berkiprah dan berpartisipasi dalam segala bentuk roda pemerintahan. Mulai dari lurah, camat, gubernur, sampai duta besar selalu banyak diisi oleh para prajurit, karena memang jamannya seperti itu. Sehingga profesi prajurit selalu diminati dan diagunggkan banyak orang ketika itu.
Di era tahun 2000-an, profesi berganti lagi dimana profesi orang yang bekerja di perusahaan ‘minyak dan gas bumi’ seperti; Pertamina, Chevron, Shell dan sebagainya menjadi incaran banyak orang. Di saat-saat ekonomi mengalami goncangan yang cukup signifikan, orang-orang yang bekerja di perusahaan ini tidak akan berpengaruh besar. Demikian halnya ketika dolar Amerika Serikat semakin menguat dan berimbas kepada naiknya harga kebutuhan pokok ditanah air. Guncangan ini tidak akan terasa manakala harga minyak dunia semakin tinggi, maka semakin banyak pula penghasilan orang-orang yang berprofesi dibidang ini.
Berbagai prasangka dan perkiraaan orang terhadap beragam profesi semakin majemuk. Demikian juga harapan orang tua dan banyak orang terhadap sebuah profesi semakin beragam. Namun yang penting diingat adalah bagaimana kita menjalankan profesi yang kita tekuni menjadi seorang yang profesional dibidangnya. Apapun bidang kerja yang kita geluti merupakan jalan hidup yang sudah digariskan tuhan terhadap umatnya. Cintai dan banggakan profesi pekerjaan kita, kalau kita memang ingin harga kita menjadi tinggi, raihlah kerja kita secara profesional tanpa mempedulikan apapun profesi kita itu. Justru kalau kita menjalankan suatu profesi pekerjaan dan hasilnya hanya ‘rata-rata air’ tidak ada sesuatu yang bisa menjadikan kita bangga adalah sesuatu yang sia-sia. Namun, bila kita menjadi yang tertinggi dalam menjalankan profesi kita, itu baru luar biasa, apapun bentuk profesi itu.
Dulu ketika orang melihat profesi ’satpam’, kebanyakan orang hanya mencibir dan melihat dengan sebelah mata. Karena satpam selalu dianggap suatu pekerjaan rendah dan hina yang hanya menggunakan fisik semata, tanpa ilmu pengetahuan yang mumpuni. Namun ketika profesi semakin berubah, dimana berbagai profesi kebanggan dan harapan orang banyak berubah, maka berubah pula profesi satpam di negara ini.
Satpam di perusahaan minyak dan gas memiliki standar numeralisasi yang berbeda dengan perusahaan bidang lain, bahkan lebih ‘tinggi sedikit’ dari profesi lain yang setingkat pada posisinya. Seperti dokter, insinyur, bankir dan dosen yang dulu merupakan kebanggan. Satpam diperusahaan yang bergerak dibidang ini juga memiliki ‘frame of experience’ dan ‘frame of refference’ yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan profesi apapun yang dulu pernah menjadikan kebanggaan banyak orang. Sebagai contoh, tak sedikit mantan prajurit dan prajurit aktif yang minta ‘early retired’ dan bangga untuk bisa bergabung dengan perusahaan yang bergerak dibidang ini. Satpam juga didukung dengan pengetahuan dan peralatan canggih yang handal untuk menjaga objek vital nasional yang dipercayakan kepadanya untuk diamankan. Konsekuensinya adalah penghasilan dan fasilitas satpam bisa dikatakan diatas rata-rata dari profesi lain. Nah sekarang, kalau saya satpam, emang kenapa …?!
kutipan dan share dari :siswoko..http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/07/kalau-saya-satpam-emang-kenapa/